Search

Selasa, 11 Juli 2017

PEMAHAMAN TENTANG AKHLAK TASAWUF



PEMAHAMAN TENTANG AKHLAK TASAWUF

Dosen Pengampu : Dr. Jafar, M.A.





Oleh :

MUHAMMAD HARIYANTO

0705163067





FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN

2017



PEMAHAMAN TENTANG AKHLAQ TASAWUF


1.        Pengertian Tasawuf

Tasawuf  berasal dari beberapa kata,  yang pertama berasal dari kata al-shuf yang berarti wol, bahwasanya kaum sufi pada jaman dahulu suka memakai jubah yang terbuat dari kain wol yang terbuat dari bulu domba, yang kedua berasal dari kata al-shaf yang berarti barisan pertama, bahwasanya para sufi berada pada barisan pertama didepan Allah Swt, karena besarnya keinginan mereka terhadap Allah Swt, yang ketiga berasal dari kata ahl al-suffah karena para sufi mengaku sebagai ahl al shuffah yang diridai Allah dan sifat mereka menyamai sifat orang-orang yang tinggal di serambi mesjid pada masa rasulullah, ke empat, berasal dari kata Al-shafa’ yang bermakna kesucian, bahwasanya para sufi telah mensucikan diri mereka dari noda-noda bawaan dan keinginan mereka terhadap duniawi.

Jadi, secara umum Tasawuf berarti sebuah disiplin ilmu yang berkaitan dengan penyucian jiwa manusia dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt.


2.     Peran Hati dalam Tasawuf
                      
Adapun peran hati dalam bertasawuf bahwasanya hati sebagai suatu sistem jiwa manusia merupakan salah satu sarana untuk meraih ilmu dan berperan dalam memutuskan suatu tindakan manusia, maka hati berperan sebagai wadah untuk bertasawuf dan mendekatkan diri kepad Allah swt, dimana kesucian jiwa merupakan dampak dari bertasawuf itu.

3.     Metode Tazkiyah al-Nafs (Metode ‘Irfani)
                      
Metode ‘Irfani merupakan metode para sufi yang mengandalkan aktifitas penyucian jiwa untuk mendekatkan diri kepada Allah, dimana metode ini tidak memiliki jarak antara subjek yang memikirkan dengan objek yang difikirkan , dan menganggap bahwa ilmu yang hakiki diraih dengan cara mendekatkan diri kepada Allah bukan dengan cara lain,
Maka metode ‘irfani ini merupakan metode yang dianggap dapat menutupi kelemahan dari metode “burhani “ dimana masih terdapat jarak antara subjek yang memikirkan dengan objek yang difikirkan.

4.        Tasawuf  Dalam Hierarki Ilmu-Ilmu Tasawuf

Tasawuf dalam hierarki ilmu-ilmu tasawuf disini membahas tentang pengajaran ilm-ilmu tasawuf menurut pandangan para sufi  yang  memiliki tingkatan yang berbeda-beda namun tetap dijalan yang benar dengan mengikuti ajaran dari Al-Qur’an, filsafat,dan ajaran Nabi kita Muhammad SAW.


5.        Tujuan Tasawuf

Adapun tujuan tasawuf tidak bisa dipisahkan dari tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada Allah dan sekaligus menjadi khalifah di muka bumi ini, maka secara umum tujuan dari bertasawuf itu adalah untuk mendekatkan diri kita kepada Allah Swt. Dengan cara mengerjakan perintah yang telah di sebutkan dalam Al-Qur’an seperti beribadah, berzikir, sedekah, dan menghindari hal-hal yang di larang oleh Allah Swt



6.         Al- maqamat dan Al-ahwal

Adapun pengertian dari Al-maqamat adalah tingkatan yang dilalui seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, yang di mulai dari maqam yang paling bawah (taubat) sampai dengan maqam yang paling tinggi (rida’). Al-ahwal adalah keadaan hati seorang hamba akibat dari maqam yang dilaluinya.
           

7.     Pondasi Al-maqamat

a.       Untuk memperoleh suatu maqam tertentu selain harus beribadah maka seorang hamba harus melaksanakan hal-hal yang dapat memperkuat suatu maqam seperti:
b.      khalwah (menyepi) yakni memutuskan hubungan dengan hal yang bersifat duniawi dan mendekatkan diri kepada Allah.
c.       uzlah ( mengasingkan diri), dalam artian menjaga keselamatan diri dari niat buruk orang lain.


8.       Hierarki Al-maqamat

a.       Tobat : menyesali segala perbuatan dosa yang telah dilakukan, dan bertekat untuk meminta ampunan dari Allah Swt dan orang yang di zaliminya, serta tidak akan mengulanginya lagi.
b.      Wara’ : berhati-hati, yakni berhati hati dari hal-hal yang bersifat subhat atau tidak pasti dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang tidak berfaedah.
c.       Zuhud : menjauhkan diri, yakni menjauhkan diri dari hal-hal yang bersifat duniawi dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
d.      Kefakiran : miskin, yakni menyerupai kehidupan fakir untuk mencapai kesempurnaan batin.
e.       Sabar : bersabar, yakni menahan diri dari segala sesuatu yang dapat merusak kesucian jiwa terhadap Allah Swt, seperti menahan diri dari cobaan, godaan, dan nikmat Allah Swt.
f.       Tawakkal : Bergantung atau berserah diri, yakni menyerahkan segala sesuatu hanya kepada Allah Swt, dan bukan berarti seorang hamba tidak melakukan apapun melainkan segala sesuatu selai Allah pasti berasal dari Allah.
g.      Cinta (mahabbah) : runtuhnya semua cinta dalam hati kecuali cinta kepada Allah, mengutamakan bertemu kepada Allah, dan mengutamakan ibadah kepada Allah.
h.      Rida ( Ridha) : setuju dan menerima, yakni senang nya hati atas segala sesuatu yang diberikan kepadanya atas berlakunya hukum.


9.     MENGENAL  AL-AHWAL

Di dalam al-ahwal terdapat beberapa maqam seperti: al-muraqabah, al-muraqabahadalah sifat dari seorang salik yang merasa dirinya selalu di awasi oleh Allah di setiap aktivitasnya selanjutnya ada takut, maksudnya adalah dalam setiap tindakan atau aktivitasnya ia selalu merasa takut apabila dalam aktivitasnya ia melanggar sesuatu yang di larang oleh allah.Harap adalah selalu berharap kepada allah agar semua kesalahan di masa lalu di ampuni oleh Allah. Rindu adalah orang yang selalu rindu kepada Allah dengan mencintai Allah sepenuhnya sudah di pastikan kita pasti cinta juga dengan Allah Swt.


10.                             INTEGRASI TASAWUF DALAM SAINS

Dalam judul besar ini di jelaskan bahwasannya banyak sekali pemikir-pemikir sains yang ikut campur dalam pemikiran sains ini seperti Al-biruni dan Ibn rusyd yang harus kita kenal mereka karna mereka juga ikut andil dalam pemikiran-pemikiran sains yang berteguh pada al-qur’an dan hadist.





Kesimpulan

Dari pembahasan di atas kesimpulannya adalah kita harus selalu berada dalam jalan allah dengan berpanduan atas ajaran nabi Muhammad SAW, Al-Qur’an, dan Hadist, dengan begitu kita akan selalu berada di jalan Allah.

1.      Kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti, peranggai, tingkah laku atau tabiat. Ahklak adalah hal yang melekat dalam jiwa, dan dari kebiasaan itu akan timbul perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa dipikirkan oleh manusia.
2.      Tasawuf itu bersumber dari ajaran Islam itu sendiri ialah al-Qur’an dan Sunah, mengingat yang dipraktekkan Nabi SAW dan para sahabat. Namun setelah tasawuf itu berkembang menjadi pemikiran, bisa saja ia mendapat pengaruh dari luar seperti filsafat Yunani dan sebagainya. Dan andaipun terdapat persamaan dengan ajaran beberapa agama, kemungkinan yang dapat terjadi adalah persamaan dengan agama-agama samawi (Nasrani dan Yahudi), mengingat semua agama samawi berasal dari tuhan yang sama Allah SWT yang dalam Islam diyakini sama mengajarkan tentang ketauhidan




Senin, 12 Juni 2017

INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS

RESUME


INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS

Dosen Pengampu : Dr. Ja’far, MA



Oleh :
Nama         : MUHAMMAD HARIYANTO    
NIM           : 0705163067


UNIVERSITAS ISLAM  NEGERI SUMATERA UTARA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PRODI FISKA
2017

BAB I
PENDAHULUAN


   A.    Latar Belakang
Tasawuf merupakan salah satu fenomena dalam Islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia, yang selanjutnya menimbulkan akhlak mulia. Melalui tasawuf ini seseorang dapat mengetahui tentang cara-cara melakukan pembersihan diri serta mengamalkan secara benar.
Cikal bakal lahirnya tasawuf adalah dari sikap dan perilaku muslim yang senantiasa menghindari kemewahan dalam kehidupan dunia dan senantiasa tekun beribadah. Inti dari tasawuf adalah pendidikan akhlak memerangi hawa nafsu dan membersihkan hati agar semakin dekat dengan Allah Swt. Oleh karena itu, diperlukan pemaham yang mendalam tentang maqamat dalam tasawuf agar tujuan tasawuf dapat terwujud.

   B.     Rumusan Masalah
   1.      Apa itu Integrasi dalam Sejarah Islam.
   2.      Apa itu Integrasi dalam Ranah Ontologi.
   3.      Apa itu Integrasi dalam Ranah Epistemologi.
   4.      Apa itu Integrasi dalam Ranah Aksiologi

   C.    Tujuan
   1.      Untuk mengetahui penjelasan Integrasi dalam Sejarah Islam.
   2.      Untuk mngetahui penjelasan Integrasi dalam Ranah Ontologi.
   3.      Untuk mengetahui penjelasan Integrasi dalam Ranah Epistemologi.
   4.      Untuk mengetahui penjelasan Integrasi dalam Ranah Aksiologi.




 


















BAB II
PEMBAHASAN


   A.    Integrasi dalam Sejarah Islam
Dalam sejarah intelektual islam klasik, budaya integrasi keilmuan telah dikenal dan dikembangkan dengan canggih. Dalam sejarah islam, ditemukan seorang ahli astronomi, ahli biologi, ahli matematika, dan ahli arsitektur yang mumpuni dalam bidang ilmu-ilmu keislaman, seperti tauhid, fikih, tafsir, hadis, dan tasawuf. Meskipun berprofesi sebagai saintis dalam bidang ilmu-ilmu kealaman, para pemikir muslim klasik menempuh pola hidup sufistik, dan kajian-kajian ilmiah mereka diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan religious dan spiritual.
Para filsuf dari mazhab Peripatetik merupakan pemikir muslim yang berhasil mengintegrasikan filsafat Yunani dengan ajaran islam yang bersumberkan kepada Alquran dan hadis, lantaran tema-tema filsafat Yunani diislamisasikan dan disesuaikan dengan paradigma islam. Berikut ialah para filsuf dari mazhab Peripatetik yaitu : Al-Jahiz, Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, Ibn Bajjah, Ibn Thufail, Al-Ghazali, Umar Khayyam, Ikhwan al-Shafa, Ibn al-Haitsam, Al-Biruni, Ibn Rusyd, Ibn Sina, Fakhr al-Din al Razi.
Sejarah Islam menyebutkan keberadaan para filsuf dari mazhab Isyaraqiyah dan mazhab Hikmah al-Muta‘aliyah yang sukses mengintegrasikan ilmu-ilmu rasional dengan ilmu-ilmu kewahyuan. Diantaranya ialah : Suhrawardi, Nashr al-Din al-Thusi, Quthb al-Din al-Syirazi, Mulla Shadra, Baha al-Din Amili.

        B.     Integrasi dalam Ranah Ontologi
Istilah ontology berasal dari bahasa Yunani, ont yang berarti keberadaan, dan logos yang berarti teori. Sedangkan dalam bahasa latin disebut ontologia yang berarti teori keberadaan sebagaimana keberadaan tersebut. Ontology dapat dimaknai sebagai ilmu tentang esensi segala sesuatu. Ontology merupakan bagian dari metafisika yang merupakan bagian dari filsafat; dan membahas teori tentang keberadaan seperti makna keberadaan dan karakteristik esensial keberadaan.
Berbeda dari saintis barat sekuler, para filsuf muslim dan sufi berpendapat bahwa ada hubungan erat antara alam dengan Allah Swt. Menurut Ibn Arabi, alam diciptakan Allah Swt melalui proses tajalli (penampakan diri-Nya) pada alam empiris yang majemuk. Tajalli Allah Swt mengambil dua bentuk : tajalli dzati dalam bentuk penciptaan potensi; dan tajalli syuhudi dalam bentuk penampakan diri dalam citra alam semesta. Dari perspektif Ibn Arabi, alam merupakan manifestasi sifat-sifat Allah Swt dan cermin bagi-Nya. Saintis muslim sebagai peneliti alam empiric (terutama dunia mineral, tumbuhan, binatang, dan manusia) harus menyadari bahwa alam merupakan ciptaan dan manifestasi Allah Swt; dan ajaran islam mengajarkan bahwa alam merupakan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya, sehingga penelitian terhadap alam diharapkan dapat menumbuhkan dan memperkokoh keimanan terhadap-Nya.[[1]]

   C.    Integrasi dalam Ranah Epistemologi
Secara umum, istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani Kuno, dengan asal kata “episteme” yang berarti pengetahuan dan “logos” yang berati ilmu. Secara etimologi, epistemology berarti ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan cabang filsafat yang membahas atau mengkaji tentang asal, struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan. Epistemologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan. [[2]]
Kajian-kajian ilmu alam mengandalkan metode observasi dan eksperimen yang disebut dalam epistemology islam sebagai metode tajribi, sedangkan kajian tasawuf mengandalkan metode irfani yang biasa disebut metode tazkiyah al-nafs. Dari aspek ini, saintis muslim, meskipun lebih banyak mengedepankan metode tajribi (observasi dan eksperimen) dalam mengembangkan ilmu-ilmu alam, tetap perlu mengambil metode tasawuf dalam menemukan ilmu dan kebenaran. Dari perspektif islam, kesucian jiwa manusia menjadi syarat utama untuk memperoleh ilmu secara langsung dari sumber asalnya, yaitu Allah Swt yang diketahui memiliki sifat al-‘Alim.

        D.    Integrasi dalam Ranah Aksiologi
Istilah aksiologi berasal dari bahasa Yunani, axios bermakna nilai, dan logos yang berarti teori. Aksiologi bermakna teori nilai, investigasi terhadap asal, criteria, dan status metafisik dari nilai tersebut. Kajian aksiologi lebih ditujukan kepada pembahasan manfaat dan kegunaan ilmu, dan etika akademik ilmuwan.
Seorang Ilmuwan muslim harus menampilkan kehidupan sufistik seperti sikap zuhud, warak, sabar, tawakkal, cinta, fakir, dan rida dalam menjalankan kegiatan akademik maupun dalam kehidupan sosialnya.[[3]]














DAFTAR PUSTAKA

.
Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia.  Jakarta: Bumi Aksara.





[1] Dr. Ja’far, MA, Gerbang Tasawuf (Medan: Perdana Publishing, 2016), h.102-107.
[2] Ja’far. 2016. Gerbang Tasawuf. Medan: Perdana Publishing
[3] Dr. Ja’far, MA, Op.cit., h.108-110.