RESUME
INTEGRASI
TASAWUF DAN SAINS
Dosen Pengampu : Dr. Ja’far, MA
Oleh :
Nama
: MUHAMMAD HARIYANTO
NIM : 0705163067
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
FAKULTAS SAINS
DAN TEKNOLOGI
PRODI FISKA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf merupakan salah satu fenomena dalam Islam yang
memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia, yang selanjutnya
menimbulkan akhlak mulia. Melalui tasawuf ini seseorang dapat mengetahui
tentang cara-cara melakukan pembersihan diri serta mengamalkan secara benar.
Cikal bakal lahirnya tasawuf adalah dari sikap dan
perilaku muslim yang senantiasa menghindari kemewahan dalam kehidupan dunia dan
senantiasa tekun beribadah. Inti dari tasawuf adalah pendidikan akhlak
memerangi hawa nafsu dan membersihkan hati agar semakin dekat dengan Allah Swt. Oleh
karena itu, diperlukan pemaham yang mendalam tentang maqamat dalam tasawuf agar
tujuan tasawuf dapat terwujud.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa itu
Integrasi dalam Sejarah Islam.
2. Apa itu
Integrasi dalam Ranah Ontologi.
3. Apa itu
Integrasi dalam Ranah Epistemologi.
4. Apa itu
Integrasi dalam Ranah Aksiologi
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui penjelasan Integrasi dalam Sejarah Islam.
2. Untuk
mngetahui penjelasan Integrasi dalam Ranah Ontologi.
3. Untuk
mengetahui penjelasan Integrasi dalam Ranah Epistemologi.
4. Untuk
mengetahui penjelasan Integrasi dalam Ranah Aksiologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Integrasi
dalam Sejarah Islam
Dalam
sejarah intelektual islam klasik, budaya integrasi keilmuan telah dikenal dan
dikembangkan dengan canggih. Dalam sejarah islam, ditemukan seorang ahli
astronomi, ahli biologi, ahli matematika, dan ahli arsitektur yang mumpuni
dalam bidang ilmu-ilmu keislaman, seperti tauhid, fikih, tafsir, hadis, dan
tasawuf. Meskipun berprofesi sebagai saintis dalam bidang ilmu-ilmu kealaman,
para pemikir muslim klasik menempuh pola hidup sufistik, dan kajian-kajian
ilmiah mereka diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan religious dan
spiritual.
Para filsuf
dari mazhab Peripatetik merupakan pemikir muslim yang berhasil mengintegrasikan
filsafat Yunani dengan ajaran islam yang bersumberkan kepada Alquran dan hadis,
lantaran tema-tema filsafat Yunani diislamisasikan dan disesuaikan dengan
paradigma islam. Berikut ialah para filsuf dari mazhab Peripatetik yaitu :
Al-Jahiz, Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, Ibn Bajjah, Ibn Thufail, Al-Ghazali,
Umar Khayyam, Ikhwan al-Shafa, Ibn al-Haitsam, Al-Biruni, Ibn Rusyd, Ibn Sina,
Fakhr al-Din al Razi.
Sejarah
Islam menyebutkan keberadaan para filsuf dari mazhab Isyaraqiyah dan mazhab
Hikmah al-Muta‘aliyah yang sukses mengintegrasikan ilmu-ilmu rasional dengan
ilmu-ilmu kewahyuan. Diantaranya ialah : Suhrawardi, Nashr al-Din al-Thusi,
Quthb al-Din al-Syirazi, Mulla Shadra, Baha al-Din Amili.
B. Integrasi
dalam Ranah Ontologi
Istilah
ontology berasal dari bahasa Yunani, ont yang berarti keberadaan, dan logos
yang berarti teori. Sedangkan dalam bahasa latin disebut ontologia yang berarti
teori keberadaan sebagaimana keberadaan tersebut. Ontology dapat dimaknai
sebagai ilmu tentang esensi segala sesuatu. Ontology merupakan bagian dari
metafisika yang merupakan bagian dari filsafat; dan membahas teori tentang
keberadaan seperti makna keberadaan dan karakteristik esensial keberadaan.
Berbeda dari
saintis barat sekuler, para filsuf muslim dan sufi berpendapat bahwa ada
hubungan erat antara alam dengan Allah Swt. Menurut Ibn Arabi, alam diciptakan
Allah Swt melalui proses tajalli (penampakan diri-Nya) pada alam empiris yang
majemuk. Tajalli Allah Swt mengambil dua bentuk : tajalli dzati dalam bentuk
penciptaan potensi; dan tajalli syuhudi dalam bentuk penampakan diri dalam
citra alam semesta. Dari perspektif Ibn Arabi, alam merupakan manifestasi
sifat-sifat Allah Swt dan cermin bagi-Nya. Saintis muslim sebagai peneliti alam
empiric (terutama dunia mineral, tumbuhan, binatang, dan manusia) harus
menyadari bahwa alam merupakan ciptaan dan manifestasi Allah Swt; dan ajaran
islam mengajarkan bahwa alam merupakan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya,
sehingga penelitian terhadap alam diharapkan dapat menumbuhkan dan memperkokoh
keimanan terhadap-Nya.[[1]]
C. Integrasi
dalam Ranah Epistemologi
Secara umum,
istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani Kuno, dengan asal kata
“episteme” yang berarti pengetahuan dan “logos” yang berati ilmu. Secara
etimologi, epistemology berarti ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan cabang
filsafat yang membahas atau mengkaji tentang asal, struktur, metode, serta
keabsahan pengetahuan. Epistemologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan
sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan. [[2]]
Kajian-kajian
ilmu alam mengandalkan metode observasi dan eksperimen yang disebut dalam
epistemology islam sebagai metode tajribi, sedangkan kajian tasawuf
mengandalkan metode irfani yang biasa disebut metode tazkiyah al-nafs. Dari
aspek ini, saintis muslim, meskipun lebih banyak mengedepankan metode tajribi
(observasi dan eksperimen) dalam mengembangkan ilmu-ilmu alam, tetap perlu
mengambil metode tasawuf dalam menemukan ilmu dan kebenaran. Dari perspektif
islam, kesucian jiwa manusia menjadi syarat utama untuk memperoleh ilmu secara
langsung dari sumber asalnya, yaitu Allah Swt yang diketahui memiliki sifat
al-‘Alim.
D. Integrasi
dalam Ranah Aksiologi
Istilah
aksiologi berasal dari bahasa Yunani, axios bermakna nilai, dan logos yang
berarti teori. Aksiologi bermakna teori nilai, investigasi terhadap asal,
criteria, dan status metafisik dari nilai tersebut. Kajian aksiologi lebih
ditujukan kepada pembahasan manfaat dan kegunaan ilmu, dan etika akademik
ilmuwan.
Seorang
Ilmuwan muslim harus menampilkan kehidupan sufistik seperti sikap zuhud, warak,
sabar, tawakkal, cinta, fakir, dan rida dalam menjalankan kegiatan akademik
maupun dalam kehidupan sosialnya.[[3]]
DAFTAR PUSTAKA
.
Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan
Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar