Search

Rabu, 22 Maret 2017

Tasawuf Dalam Hierarki Ilmu-Ilmu Islam





RESUME

Tasawuf Dalam Hierarki Ilmu-Ilmu Islam
Dosen Pengampu : Dr. Ja’far, MA


Oleh :


Nama         : MUHAMMAD HARIYANTO    
NIM           : 0705163067


UNIVERSITAS ISLAM  NEGERI SUMATERA UTARA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PRODI FISKA

2017

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu. Al Qur’an dan As Sunnah mengajak kaum muslimin untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Al Qur’an mengatakan bahwa tidak sama antara mereka yang mengetahui dengan mereka yang tidak mengetahui.[1]
…..Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui,…..” (QS. 39:9)
Dan hanya orang-orang yang belajarlah yang memahami:
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buatkan untuk manusia, dan tiada yang memahaminya, kecuali orang-orang yang berilmu.”(QS. 29:43)
Dan hanya orang-orang yang berilmulah yang takut kepada Allah
“…………….Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya hanyalah ulama’” (QS.35:28)
Di dalam hadits Nabi juga ada pernyataan-pernyataan yang memuji ilmu dan orang yang terdidik, diantaranya adalah sebagai berikut:
“Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim”
“Carilah ilmu walaupun di negeri Cina”
“Carilah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat”
“Para ulama’ itu adalah pewaris para nabi”
“Pada hari kiamat ditimbanglah tinta ulama’ dengan darah syuhada’ , maka tinta ulama’ dilebihkan dari darah syuhada’

B.    Tujuan Penulisan
1.     Untuk mengetahui Ilmu-ilmu hikmah dan filsafat
2.     Untuk mengetahui Ilmu yang diajarkan dan ditransformasikan3.
       

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Tasawuf Dalam Hierarki Ilmu-Ilmu Islam

Menurut Ibn Khaldun, ilmu dibagi menjadi 2 yaitu :
a.       Ilmu-ilmu hikmah dan filsafat (`ulum Al-hikmiyah Al-falsafiyyah) yang diperoleh dengan akal manusia.
b.      Ilmu yang diajarkan dan ditransformasikan (`ulum Al-naqliyah) yang bersumber kepada syari`at islam (Qur`an dan Sunnah).[1]

Sementara itu, menurut Al-Ghazali ilmu juga terbagi menjadi 2 yaitu :
a.       Ilmu yang dihadirkan (`ilm al-hudhuri)
b.      Ilmu yang dicapai (`ilm al-hushuli)

Dari aspek pembahasan, tasawuf membicarakan 4 pokok persoalan yaitu :
a.       Pembahasan tentang Mujahadah (al-mujahadah), zauq (al-dzawq), introspeksi diri (muhasabah al-nafs), dan tingkatan-tingkatan spiritual (al-maqamat)
b.      Penyingkapan spiritual (al-kassyf) dan hakikat-hakikat (al-haqiqah), alam ghaib (`alam ghayb)
c.       Karamat wali (al-karamat)
d.      Istilah-istilah kaum sufi yang di ungkap pasca `mabuk` spiritual (al-syathahat)

2.       Hubungan Tasawuf, Ilmu Kalam Dan Filsafat

            Ilmu dalam islam dibagi kepada 4 kelompok, yaitu :
a.       Kelompok ilmu kewahyuan
b.      Kelompok ilmu pemikiran
c.       Kelompok ilmu terapan
d.      Kelompok ilmu instrumen



Adapun hubungan antara ilmu tasawuf, ilmu kalam dan filsafat sangatlah erat[2]. Dan dapat dilihat dari beberapa segi yaitu :
a.       Sumber : sumber informasi dan landasan ilmu tasawuf, ilmu kalam dan filsafat dalam  islam adalah wahyu. Sehingga dapat dibuktikan bahwa barulah dinamakan pemikiran islam apabila ilmu-ilmu tersebut telah dilandaskan wahyu.
b.      Fungsi : fungsi kelompok ilmu pemikiran islam termasuk ilmu tasawuf, ilmu islam dan filsafat adalah merupakan landasan bagi ilmu-ilmu terapan.
c.       Tujuan : ilmu tasawuf, ilmu kalam dan filsafat sama-sama bertujuan untuk memperkuat dan memperkokoh sendi-sendi aqidah islamiyah dalam kehidupan manusia, ilmu tasawuf memperkuat sendi aqidah islam melalui hakikat dengan Tuhan.














                                               



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Dari resume diatas saya menyimpulkan bahwa tasawuf adalah suatu kegiatan yang membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Tasawuf juga merupakan suatu sikap yang selalu berada dalam kesucian, selalu beribadah, rendah hati dan selalu bertawakkal kepada Allah SWT dengan tujuan memperoleh hubungan langsung dengan Allah, merasa dekat dengan Allah bahkan merasa berada dekat dan bersatu dengan Allah SWT.






















DAFTAR PUSTAKA

Nasution Harun, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983)
Nata Abuddin. Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010)
A. Mustofa. Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1995)



[1] Hasan Langgulung, Manusia dan pendidikan, Al Husna, Jakarta, hlm. 132.
[2] Abu Hamid Al Ghazali, Ihya’ Ulum ad din, al Qahirat, matba’at al masyhud al Husaini, t.t., hlm. 15-16



Tidak ada komentar:

Posting Komentar