RESUME
Definisi
Dan Tujuan Tasawuf
Dosen Pengampu : Dr. Ja’far, MA
Nama : MUHAMMAD
HARIYANTO
NIM : 0705163067
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
PRODI
FISKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Secara
umum
akhlak tasawwuf adalah pemandu perjalanan hidup umat manusia agar selamat dunia
dan akhirat, itu di karenakan Akhlak
Tasawuf merupakan salah satu khazanah intelektual Muslim yang kehadirannya
hingga saat ini semakin dirasakan. Tidaklah berlebihan jika misi utama
kerasulan Muhammad saw. adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan
sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara
lain karena dukungan akhlaknya yang prima.
Melihat betapa pentingnya akhlak tasawuf
dalam kehidupan ini tidaklah menghe-rankan jika akhlak tasawuf ditentukan
sebagai mata kuliah yang wajib diikuti oleh kita semua. Sebagai upaya untuk
menanggulangi kemerosotan moral yang tengah dialami bangsa ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian akhlak dan tasawuf itu ?
2.
Apa
saja hubungan akhlak dan tasawuf ?
3.
Apa
saja ruang lingkup akhlak dan tasawuf ?
4.
Apa
tujuan mempelajari akhlak dan tasawuf ?
5.
Apa
manfaat mempelajari akhlak dan tasawuf ?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk
memahami pengertian akhlak dan taswuf.
2.
Untuk
mengetahui hubungan akhlak dan tasawuf.
3.
Untuk
mengetahui ruang lingkup akhlak dan tasawuf.
4.
Untuk
mengetahui tujuan mempelajari akhlak dan tasawuf.
5.
Untuk
mengetahui manfaat
mempelajari akhlak dan tasawuf.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Akhlak dan Tasawwuf
1. Pengertian
Akhlak
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak
diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.
Kata akhlak meskipun diambil dari
bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat, [1]
perangai
kebiasaan, bahkan agama), namun kata seperti itu tidak
ditemukan dalam Al-Quran. Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal
kata tersebut yaitu khuluq yang tercantum dalam
Al-Quran.
y7¯RÎ)ur 4 n?yès9 @,è=äz 5OÏàtã ÇÍÈ
dan Sesungguhnya kamu
benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS Al-Qalam 68: 4)
Ayat
tersebut dinilai sebagai konsiderans pengangkatan Nabi Muhammad Saw.
sebagai Rasul.
Sedangkan menurut istilah, para pakar dalam
bidang ini mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut;
a.
Ibnu Miskawaih
حَالٌ لِلنَّفْسِ دَاعِيَةٌ لَهَا اِلٰى
اَفْعَالِهَا مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ وَلَا رُوِيَةٍ
Sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
b.
Imam Al-Gazali
عِبَارَةٌعَنْ هَيْئَةٍ فِى النَّفْسِ رَاسِخَةٌ
عَنْهَا تَصْدُرُ الْافْعَالُ بِسُهُوْلةٍ وَيُسْرِ مِنْ غَيْرِحَاجَةٍ اِلٰى
فِكْرٍ وَرُؤْيَةٍ
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
c.
Ibrahim Anis
حَالٌ لِلنَّفْسِ
رَاسِخَةٌ تَصْدُرُ عَنْهَا الْاَفْعَالُ مِنْ خَيْرٍ اَوْ شَرٍّ مِنْ غَيْرِ
حَاجَةٍ
اِلٰى فِكْرٍ وَرُؤْيَةٍ
Sifat yang tertanam
dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk,
tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.(Abuddin Nata, 2010:02)
d.
Prof. Dr. Ahmad Amin
عَرَّ فَ بَعْضُهُمُ الْخُلُقَ بِأَنَّهُ عَادَةُ الْاِرَادَةِ
يَعْنِى أَنَّ الْإرَادَةَ اِذَا اعْتَادَتْ شَيْأً فَعَادَتُهَا هِيَ
الْمُسَمَّاةُ بِالْخُلُقِ
Sementara orang membuat
definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan.
Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu
dinamakan akhlak.( Drs. H. A. Mustofa, 1995:13)
Dari
beberapa difinisi diatas, kami dapat meyimpulkan tentang difinisi akhlak
seperti perkataan Prof. KH. Farid
Ma’ruf yang menyimpulkan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut: “Kehendak
jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.
2. Pengertian Tasawwuf
Secara bahasa, tasawuf berarti saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani: hikmah), suf (kain
wol), sikap mental yang selalu memelihara
kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan
bersikap bijaksana.
Sedangkan menurut istilah, para ahli tasawuf mengartikan sebagai berikut :
a.
Zakaria
Al-Anshori : “Tasawuf ialah suatu ilmu yang menjelaskan hal ihwal Pembersih
jiwa dan penyantun akhlak baik lahir atau batin, guna menjauhi bid’ah dan tidak
meringankan ibadah”.
b. Abul Qasim
al-Qashairi ( W. 456H/1072M ) : “Tashawwuf adalah menerapkan ajaran
Al-Qur’an dan Sunnah Nabi secara tepat, berusaha menekan hawa nafsu, menjauhi
bid’ah dan tidak meringankan ibadah”.
c.
Harun Nasution
: “tasawuf itu merupakan suatu ilmu pengetahuan dan sebagai ilmu
pengetahuan, tashawwuf atau sufisme mempelajari cara dan jalan bagaimana
seorang islam bisa sedekat mungkin dengan tuhan”.
Tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan
berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia,
sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah swt. Dengan kata lain tasawuf adalah
bidang kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan mental rohaniah agar selalu
dekat dengan Tuhan. Inilah esensi atau hakikat tasawuf.[2]
Jadi dapat disimpulkan bahwa tasawuf adalah suatu
kehidupan rohani yang merupakan fitrah manusia dengan tujuan untuk mencapai
hakikat yang tinggi, berada dekat atau sedekat mungkin dengan Allah dengan
jalan menyucikan jiwanya, dengan melepaskan jiwanya dari noda-noda sifat dan
perbuatan tercela.
B.
Hubungan Akhlak dan Tasawwuf
Hubungan
antara akhlak dan tasawuf dapat kita ketahui dari uraian yang disampaikan Harun
Nasution. Menurutnya, ketika mempelajari tasawuf ternyata pula al-Qur’an dan
Hadits mementingkan akhlak. Al-Qur’an dan Hadits menekankkan nilai-nilai
kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan, keadilan,
tolong-menolong, murah hati, dan berbagai akhlak terpuji lainnya. Nilai-nilai
ini harus dimiliki oleh seorang muslim, dan dimasukkan ke dalam dirinya dari
semasa ia kecil. Secara sederhana, hubungan keduanya dalam rangka mendekatkan
diri kepada Allah, mencakup dua aspek berikut:
1. Etika Horizontal الأخلاق الإنسانية
2. Etika Vertikal الأخلاق باالله
Kedua aspek ini menjadi semacam
media untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Dalam implementasinya, kedua
aspek ini dilakukan dengan cara :
1. Dengan
akhlak, kita berusaha menghias diri, dengan sifat-sifat terpuji, dan menjahui
sifat-sifat tercela.
2. Dengan
Tasawuf, kita selalu berusaha membersihkan hati dari dosa-dosa atau
kotoran-kotoran rohaniyah.
Kedua cara di atas dilakukan dengan tujuan agar kita bisa
dan selalu dekat dengan yang Maha suci, maka kita semaksimal mungkin berusaha
terus dan terus mensucikan diri kita dari hal-hal yang dapat menghalangi kita
untuk bisa dekat dengan Dzat Yang Maha Suci.
C.
Ruang Lingkup Akhlak dan Tasawwuf
1. Ruang
Lingkup Akhlak
Objek pembahasan ilmu akhlak adalahperbuatan manusia
untuk selanjutnya diberikan penilain apakan baik atau buruk, dan mempunyai
ciri-ciri perbuatan yang dilakukan atas kehendak dan kemauan, telah
dilakukan secara kontinyu sehingga menjadi tradisi dalam kehidupannya.
Dr. Abdullah dalam buku Dustur al-Akhlaq fi al-Islam,
membagi ruang lingkup akhlaq kedalam lima macam aspek kehidupan, yaitu:
a.
Akhlak perorangan الأخلا ق الفرد ية
Akhlak ini dibagi menjadi :
1)
Semua hal yang diperintahkan
(al-awamir).
2)
Segala yang dilarang ( al-nawahi).
3)
Hal-hal yang diperbolehkan (
al-mubahat).
4)
Akhlak dalam keadaan darurat
(al-mukhalafah bi al-idhthirar).
b. Akhlak keluarga الأخلا ق الأ سرية
Akhlak ini juga terbagi menjadi :
1)
Kewajiban timbal balik orang tua dan
anak (wajibat nahwa ushul wa al-furu).
2)
Kewajiban suami & isteri (
wajibat baina al-azwaj).
3)
Kewajiban terhadap kerabat dekat
(wajibat nahwa al-aqarib).
c.
Akhlak bermasyarakat الأخلا ق
الإجتماعية
1)
Hal-hal yang dilarang (al-makhdzurat).
2)
Hal-hal yang diperintahkan
(al-awamir).
3)
Kaidah-kaidah adab (qawa’id al-adab).
d. Akhlak
bernegara الأخلاق
الد و لة
1) Hubungan antara pemimpin dan rakyat
(al-‘alaqah baina al-rais wa al-
sya’b).
2)
Hubungan luar negeri (al-alaqah
al-kharijiyyah).
e.
Akhlak beragama الأخلا ق الد ينية
Akhlak ini meliputi kewajiban terhadap Allah swt.
Ruang lingkup di atas dipandang
sangat luas karena mencakup semua aspek kehidupan. Secara vertikal hubungan
dengan sang Haliq dan secara horizontal dengan sesama manusia.
Jika
ruang lingkup akhlak tersebut dipersempit tetapi memiliki cakupan yang
menyeluruh maka akhlak tersebut dapat dibagi menjadi :
a.
Akhlak (tata krama) kepada Allah
swt.
b.
Akhlak kepada Rasul Allah saw.
c.
Akhlak untuk diri pribadi.
d.
Akhlak dalam keluarga.
e.
Akhlak dalam masyarakat.
f.
Ahlak bernegara.
2.
Ruang
Lingkup Tasawwuf
Tasawuf
adalah nama lain dari “Mistisisme dalam islam”. Di kalangan orientalis barat
dikenal dengan sebutan “Sufisme”. Kata “Sufisme” merupakan istilah khusus
mistisisme islam. Sehingga kata “sufisme” tidak ada pada mistisisme agama-agama
lain.[3]
Tasawuf
bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari Tuhan. Hubungan
yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran, bahwa manusia sedang
berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju kontak komunikasi dan
dialog antara ruh manusia dengan Tuhan. Hal ini melalui cara bahwa manusia
perlu mengasingkan diri. Keberadaannya yang dekat dengan Tuhan akan berbentuk
“Ijtihad” (bersatu) dengan Tuhan. Demikian ini menjadi inti persoalan “Sofisme”
baik pada agama islam maupun di luarnya.
D.
Tujuan Mempelajari Akhlak dan Tasawwuf
1.
Tujuan
Mempelajari Akhlak
Tujuan akhlak adalah menggapai suatu
kebahagiaan hidup umat manusia baik di dunia dan di akhirat. Dikarekan itulah
kita sebagai manusia untuk hidup saling membantu baik dari pekerjaan, kebutuhan
atau lainnya.
Tujuan
mempelajari akhlak diantaranya adalah menghindari pemisahan antara akhlak dan
ibadah. Atau bila kita memakai istilah: menghindari pemisahan agama dengan
dunia (sekulerisme). Kita sering mendengar celotehan, “Agama adalah urusan
akhirat sedang masalah dunia adalah urusan masing-masing”. Atau ungkapan, “Agama
adalah urusan masjid, di luar itu terserah semau gue”. Maka jangan heran terhadap
seseorang yang beribadah, kemudian di lain waktu akhlaknya tidak benar. Ini
merupakan kesalahan fatal. Kita pun sering menjumpai orang-orang yang amanah
dan jujur, tetapi mereka tidak shalat. Ini juga keliru.
2. Tujuan
Mempelajari Tasawwuf
Tujuan tasawuf adalah ma’rifatullah (mengenal Allah
secara mutlak dan lebih jelas). Tasawuf memiliki tujuan yang baik yaitu
kebersihan diri dan taqarrub kepada Allah. Namun taswuf tidak boleh melanggar
apa-apa yang telah secara jelas diatur oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah, baik dalam
aqidah, pemahaman ataupun tata cara yang dilaku-kan[4]
Buah yang diharapkan dari laku Tasawwuf adalah jiwa yang
dermawan, hati yang tenang, dan pekerti yang baik kepada semua makluk. Dan
Tassawuf dapat digunakan sebagai sarana untuk mendidik hati dan mengetahui alam
gaib menuju buahnya tersebut diatas. Ilmu Tassawuf tidak berbicara tentang
ungkapan lisan, melainkan tentang perasaan dan emosi. Ilmu ini tidak bisa
dipelajari dari lembar kertas, melainkan diambil dari para ahli rasa. Ilmu ini
tidak bisa diperoleh dengan banyak ceritera, melainkan dengan melayani
para guru dan menyertai para ahli kesempurnaan ( Ahlul Kamal).
Melihat dari itu semua, kita dapat untuk bisa memahami
betapa pentingnya mengenal Allah secara lebih dalam dan memahaminya dengan
benar. Sama juga dengan kebersihan diri dan
taqarrub, tapi kita tidak
boleh melanggar apapun yang telah ditentukan oleh al-qur`an.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Akhlak
adalah Kehendak jiwa manusia
yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Tasawuf adalah
suatu kehidupan rohani yang merupakan fitrah manusia dengan tujuan untuk
mencapai hakikat yang tinggi, berada dekat atau sedekat mungkin dengan Allah
dengan jalan menyucikan jiwanya, dengan melepaskan jiwanya dari noda-noda sifat
dan perbuatan tercela.
Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan.
Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan tasawwuf mengatur jalinan komunikasi
vertical antara manusia dengan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan
tasawwuf, sehingga dalam prakteknya tasawwuf mementingkan akhlak.
Akhlak dan
tasawwuf memiliki tujuan yang sama yaitu, mendekatkan diri kepada Allah dengan
cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan
perbuatan yang terpuji.
Manfaat
mempelajari akhlak tasawwuf, kita bisa mengetahui perbuatan yang baik dan
perbuatan yang buruk, sehingga bisa mengarah kita pada kehidupan yang bahagia
di dunia dan diakhirat.
B.
Saran
Manusia
tidak selamanya tepat pertimbangannya, adil sikapnya, kadang-kadang
manusia berbuat yang tidak masuk akal. Oleh sebab itu, manusia perlu sekali
tahu mengenai diri.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kesalahan dan kekurangan
dalam penulisan makalah ini, baik yang kami sengaja maupun yang tidak kami
sengaja. Maka dari itu sangat kami harapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga dengan berbagai kekurangan
yang ada ini tidak mengurangi nilai-nilai dan manfaat dari mempelajari Ilmu
Akhlak Tasawuf.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution
Harun, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983)
Amin Ahmad, Kitab al-Akhlaq, (Mesir:Daral Kutubal Mishriyah,
cet. III, tt.)
Departemen
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Syaamil, 2005)
Nata Abuddin. Akhlak Tasawuf, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2010)
A. Mustofa. Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 1995)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar