Search

Rabu, 15 Maret 2017

Resume Tasawuf Akhlaq



RESUME

Definisi Dan Tujuan Tasawuf
Dosen Pengampu : Dr. Ja’far, MA


Oleh :

Nama         : MUHAMMAD HARIYANTO    
NIM           : 0705163067


UNIVERSITAS ISLAM  NEGERI SUMATERA UTARA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PRODI FISKA

2017

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Secara umum akhlak tasawwuf adalah pemandu perjalanan hidup umat manusia agar selamat dunia dan akhirat, itu di karenakan Akhlak Tasawuf merupakan salah satu khazanah intelektual Muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad saw. adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima.
Melihat betapa pentingnya akhlak tasawuf dalam kehidupan ini tidaklah menghe-rankan jika akhlak tasawuf ditentukan sebagai mata kuliah yang wajib diikuti oleh kita semua. Sebagai upaya untuk menanggulangi kemerosotan moral yang tengah dialami bangsa ini.

B.    Rumusan Masalah
1.     Apa pengertian akhlak dan tasawuf itu ?
2.     Apa saja hubungan akhlak dan tasawuf ?
3.     Apa saja ruang lingkup akhlak dan tasawuf ?
4.     Apa tujuan mempelajari akhlak dan tasawuf ?
5.     Apa manfaat mempelajari akhlak dan tasawuf ?

C.    Tujuan Penulisan
1.     Untuk memahami pengertian akhlak dan taswuf.
2.     Untuk mengetahui hubungan akhlak dan tasawuf.
3.     Untuk mengetahui ruang lingkup akhlak dan tasawuf.
4.     Untuk mengetahui tujuan mempelajari akhlak dan tasawuf.
5.     Untuk mengetahui manfaat mempelajari akhlak dan tasawuf.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Akhlak dan Tasawwuf
1.     Pengertian Akhlak
Dalam Kamus Besar  Bahasa  Indonesia,  kata  akhlak  diartikan sebagai  budi  pekerti  atau  kelakuan.  Kata  akhlak meskipun diambil dari  bahasa  Arab  (yang  biasa  berartikan  tabiat, [1]
perangai  kebiasaan,  bahkan  agama),  namun  kata seperti itu tidak ditemukan dalam Al-Quran. Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal  kata  tersebut  yaitu  khuluq  yang  tercantum  dalam Al-Quran.
y7¯RÎ)ur 4 n?yès9 @,è=äz 5OÏàtã ÇÍÈ  
dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS Al-Qalam 68: 4)
         Ayat tersebut dinilai  sebagai konsiderans pengangkatan Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasul.
    Sedangkan menurut istilah, para pakar dalam bidang ini mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut;
a.      Ibnu Miskawaih
حَالٌ لِلنَّفْسِ دَاعِيَةٌ لَهَا اِلٰى اَفْعَالِهَا مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ وَلَا رُوِيَةٍ
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
b.     Imam Al-Gazali
عِبَارَةٌعَنْ هَيْئَةٍ فِى النَّفْسِ رَاسِخَةٌ عَنْهَا تَصْدُرُ الْافْعَالُ بِسُهُوْلةٍ وَيُسْرِ مِنْ غَيْرِحَاجَةٍ اِلٰى فِكْرٍ وَرُؤْيَةٍ
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

c.      Ibrahim Anis
حَالٌ لِلنَّفْسِ رَاسِخَةٌ تَصْدُرُ عَنْهَا الْاَفْعَالُ مِنْ خَيْرٍ اَوْ شَرٍّ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ
اِلٰى فِكْرٍ وَرُؤْيَةٍ
Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.(Abuddin Nata, 2010:02)
d.     Prof. Dr. Ahmad Amin
عَرَّ فَ بَعْضُهُمُ الْخُلُقَ بِأَنَّهُ عَادَةُ الْاِرَادَةِ يَعْنِى أَنَّ الْإرَادَةَ اِذَا اعْتَادَتْ شَيْأً فَعَادَتُهَا هِيَ الْمُسَمَّاةُ بِالْخُلُقِ
Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.( Drs. H. A. Mustofa, 1995:13)
Dari beberapa difinisi diatas, kami dapat meyimpulkan tentang difinisi akhlak seperti perkataan Prof. KH. Farid Ma’ruf yang menyimpulkan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut: “Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.

2.     Pengertian Tasawwuf
Secara bahasa, tasawuf berarti saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani: hikmah), suf (kain wol), sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan bersikap bijaksana.
Sedangkan menurut istilah, para ahli tasawuf mengartikan sebagai berikut :
a.      Zakaria Al-Anshori : “Tasawuf ialah suatu ilmu yang menjelaskan hal ihwal Pembersih jiwa dan penyantun akhlak baik lahir atau batin, guna menjauhi bid’ah dan tidak meringankan ibadah”.
b.     Abul Qasim al-Qashairi ( W. 456H/1072M ) : “Tashawwuf adalah menerapkan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi secara tepat, berusaha menekan hawa nafsu, menjauhi bid’ah dan tidak meringankan ibadah”.
c.      Harun Nasution : “tasawuf itu merupakan suatu ilmu pengetahuan dan sebagai ilmu pengetahuan, tashawwuf atau sufisme mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang islam bisa sedekat mungkin dengan tuhan”.
Tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah swt. Dengan kata lain tasawuf adalah bidang kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan mental rohaniah agar selalu dekat dengan Tuhan. Inilah esensi atau hakikat tasawuf.[2]
Jadi dapat disimpulkan bahwa tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang merupakan fitrah manusia dengan tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi, berada dekat atau sedekat mungkin dengan Allah dengan jalan menyucikan jiwanya, dengan melepaskan jiwanya dari noda-noda sifat dan perbuatan tercela.
B.    Hubungan Akhlak dan Tasawwuf
Hubungan antara akhlak dan tasawuf dapat kita ketahui dari uraian yang disampaikan Harun Nasution. Menurutnya, ketika mempelajari tasawuf ternyata pula al-Qur’an dan Hadits mementingkan akhlak. Al-Qur’an dan Hadits menekankkan nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan, keadilan, tolong-menolong, murah hati, dan berbagai akhlak terpuji lainnya. Nilai-nilai ini harus dimiliki oleh seorang muslim, dan dimasukkan ke dalam dirinya dari semasa ia kecil. Secara sederhana, hubungan keduanya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, mencakup dua aspek berikut:
1.     Etika Horizontal الأخلاق الإنسانية
2.     Etika Vertikal الأخلاق باالله
Kedua aspek ini menjadi semacam media untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Dalam implementasinya, kedua aspek ini dilakukan dengan cara :
1.     Dengan akhlak, kita berusaha menghias diri, dengan sifat-sifat terpuji, dan menjahui sifat-sifat tercela.
2.     Dengan Tasawuf, kita selalu berusaha membersihkan hati dari dosa-dosa atau kotoran-kotoran rohaniyah.
Kedua cara di atas dilakukan dengan tujuan agar kita bisa dan selalu dekat dengan yang Maha suci, maka kita semaksimal mungkin berusaha terus dan terus mensucikan diri kita dari hal-hal yang dapat menghalangi kita untuk bisa dekat dengan Dzat Yang Maha Suci.

C.    Ruang Lingkup Akhlak dan Tasawwuf
1.     Ruang Lingkup Akhlak
Objek pembahasan ilmu akhlak adalahperbuatan manusia untuk selanjutnya diberikan penilain apakan baik atau buruk, dan mempunyai ciri-ciri perbuatan yang dilakukan atas  kehendak dan kemauan, telah dilakukan secara kontinyu sehingga menjadi tradisi dalam kehidupannya.
Dr. Abdullah dalam buku Dustur al-Akhlaq fi al-Islam, membagi ruang lingkup akhlaq kedalam lima macam aspek kehidupan, yaitu:
a.      Akhlak perorangan الأخلا ق الفرد ية
Akhlak ini dibagi menjadi :
1)     Semua hal yang diperintahkan (al-awamir).
2)     Segala yang dilarang ( al-nawahi).
3)     Hal-hal yang diperbolehkan ( al-mubahat).
4)     Akhlak dalam keadaan darurat (al-mukhalafah bi al-idhthirar).
      b.     Akhlak keluarga الأخلا ق الأ سرية
Akhlak ini juga terbagi menjadi :
1)     Kewajiban timbal balik orang tua dan anak (wajibat nahwa ushul wa al-furu).
2)     Kewajiban suami & isteri ( wajibat baina al-azwaj).
3)     Kewajiban terhadap kerabat dekat (wajibat nahwa al-aqarib).
      c.      Akhlak bermasyarakat الأخلا ق الإجتماعية
1)     Hal-hal yang dilarang (al-makhdzurat).
2)     Hal-hal yang diperintahkan (al-awamir).
3)     Kaidah-kaidah adab (qawa’id al-adab).
      d.     Akhlak bernegara الأخلاق الد و لة
      1)     Hubungan antara pemimpin dan rakyat (al-‘alaqah baina al-rais wa al-
             sya’b).
2)     Hubungan luar negeri (al-alaqah al-kharijiyyah).
e.      Akhlak beragama الأخلا ق الد ينية
Akhlak ini meliputi kewajiban terhadap Allah swt.
Ruang lingkup di atas dipandang sangat luas karena mencakup semua aspek kehidupan. Secara vertikal hubungan dengan sang Haliq dan secara horizontal dengan sesama manusia.
Jika ruang lingkup akhlak tersebut dipersempit tetapi memiliki cakupan yang menyeluruh maka akhlak tersebut dapat dibagi menjadi :
a.      Akhlak (tata krama) kepada Allah swt.
b.     Akhlak kepada Rasul Allah saw.
c.      Akhlak untuk diri pribadi.
d.     Akhlak dalam keluarga.
e.      Akhlak dalam masyarakat.
f.      Ahlak bernegara.
      2.     Ruang Lingkup Tasawwuf
Tasawuf adalah nama lain dari “Mistisisme dalam islam”. Di kalangan orientalis barat dikenal dengan sebutan “Sufisme”. Kata “Sufisme” merupakan istilah khusus mistisisme islam. Sehingga kata “sufisme” tidak ada pada mistisisme agama-agama lain.[3]
Tasawuf bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari Tuhan. Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran, bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju kontak komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan. Hal ini melalui cara bahwa manusia perlu mengasingkan diri. Keberadaannya yang dekat dengan Tuhan akan berbentuk “Ijtihad” (bersatu) dengan Tuhan. Demikian ini menjadi inti persoalan “Sofisme” baik pada agama islam maupun di luarnya.

D.    Tujuan Mempelajari Akhlak dan Tasawwuf
1.     Tujuan Mempelajari Akhlak
Tujuan akhlak adalah menggapai suatu kebahagiaan hidup umat manusia baik di dunia dan di akhirat. Dikarekan itulah kita sebagai manusia untuk hidup saling membantu baik dari pekerjaan, kebutuhan atau lainnya.
Tujuan mempelajari akhlak diantaranya adalah menghindari pemisahan antara akhlak dan ibadah. Atau bila kita memakai istilah: menghindari pemisahan agama dengan dunia (sekulerisme). Kita sering mendengar celotehan, “Agama adalah urusan akhirat sedang masalah dunia adalah urusan masing-masing”. Atau ungkapan, Agama adalah urusan masjid, di luar itu terserah semau gue”. Maka jangan heran terhadap seseorang yang beribadah, kemudian di lain waktu akhlaknya tidak benar. Ini merupakan kesalahan fatal. Kita pun sering menjumpai orang-orang yang amanah dan jujur, tetapi mereka tidak shalat. Ini juga keliru.
2.     Tujuan Mempelajari Tasawwuf
Tujuan tasawuf adalah ma’rifatullah (mengenal Allah secara mutlak dan lebih jelas). Tasawuf memiliki tujuan yang baik yaitu kebersihan diri dan taqarrub kepada Allah. Namun taswuf tidak boleh melanggar apa-apa yang telah secara jelas diatur oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah, baik dalam aqidah, pemahaman ataupun tata cara yang dilaku-kan[4]
Buah yang diharapkan dari laku Tasawwuf adalah jiwa yang dermawan, hati yang tenang, dan pekerti yang baik kepada semua makluk. Dan Tassawuf dapat digunakan sebagai sarana untuk mendidik hati dan mengetahui alam gaib menuju buahnya tersebut diatas. Ilmu Tassawuf tidak berbicara tentang ungkapan lisan, melainkan tentang perasaan dan emosi. Ilmu ini tidak bisa dipelajari dari lembar kertas, melainkan diambil dari para ahli rasa. Ilmu ini tidak  bisa diperoleh dengan banyak ceritera, melainkan dengan melayani para guru dan menyertai para ahli kesempurnaan ( Ahlul Kamal).
Melihat dari itu semua, kita dapat untuk bisa memahami betapa pentingnya mengenal Allah secara lebih dalam dan memahaminya dengan benar. Sama juga dengan kebersihan diri dan taqarrub, tapi kita tidak boleh melanggar apapun yang telah ditentukan oleh al-qur`an.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Akhlak adalah Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang merupakan fitrah manusia dengan tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi, berada dekat atau sedekat mungkin dengan Allah dengan jalan menyucikan jiwanya, dengan melepaskan jiwanya dari noda-noda sifat dan perbuatan tercela.
Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan tasawwuf mengatur jalinan komunikasi vertical antara manusia dengan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawwuf, sehingga dalam prakteknya tasawwuf mementingkan akhlak.
Akhlak dan tasawwuf memiliki tujuan yang sama yaitu, mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji.
Manfaat mempelajari akhlak tasawwuf, kita bisa mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk, sehingga bisa mengarah kita pada kehidupan yang bahagia di dunia dan diakhirat.

B.    Saran
Manusia tidak selamanya tepat pertimbangannya, adil sikapnya, kadang-kadang manusia berbuat yang tidak masuk akal. Oleh sebab itu, manusia perlu sekali tahu mengenai diri.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik yang kami sengaja maupun yang tidak kami sengaja. Maka dari itu sangat kami harapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga dengan berbagai kekurangan yang ada ini tidak mengurangi nilai-nilai dan manfaat dari mempelajari Ilmu Akhlak Tasawuf.
DAFTAR PUSTAKA

Nasution Harun, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983)
Amin Ahmad, Kitab al-Akhlaq, (Mesir:Daral Kutubal Mishriyah, cet. III, tt.)
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Syaamil, 2005)
Nata Abuddin. Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010)
A. Mustofa. Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1995)



[1] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,  Jakarta: PT. Syaamil, 2005 : 87
[2] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, 2006: Hal 181
[3] Nasution Harun, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1983 Hal : 63
[4] Departemen Agama RI, Jakarta: PT. Syaamil, 2005 hal 69
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar